Song Fict By
JJ_Park
'Bagiku, kenangan adalah ingatan kejadian di masa
lalu. Entah indah atau menyedihkan, semua hanyalah masa lalu. Jika sekarang
terbuka kembali, salahkah aku?'
Cast :
Choi Siwon
Shin Jin Ri
Memories
'We
used to love during the many days we were together...'
Aku tak percaya saat mataku
menangkap sosoknya di antara kerumunan orang orang yang sedang berjalan santai
di sore hari.
"Jin Ri?"
panggilku. Dia menoleh kebelakang. Wajahnya yang tadi menampilkan ekspresi
bingung, berubah menjadi kaget. Dengan cepat, dia membalikkan tubuhnya lagi.
Lalu berjalan. Menjauhiku.
Aku hanya terpana menatap
kepergiannya. Dalam hatiku, bergaung sejuta penyesalan untuknya.
'Where
are you? Can’t you hear my voice?'
"Apalagi yang kau tunggu,
Siwonnie? Kau tampan, baik, dan santun. Terlebih lagi kau juga kaya raya. Mana
ada gadis yang bisa menolakmu?"
Aku mendengus. Tampan? Kaya? Apa
tak ada yang bisa menerima ku jika seandainya aku tak punya ketampanan dan
kekayaan itu sendiri?
"Ada yang menolakku, Hyung," kecamku,
"dan kau tahu siapa orangnya".
"Sudah ku jelaskan berkali
kali padamu, Wonnie, bahwa dia adalah gadis bodoh, yang hanya tertarik pada
sejenisnya. Kenapa kau masih mempermasalahkan nya?" tanya Heechul santai.
"Aku mempermasalahkannya. Aku
tahu dia mencintaiku. Dan orang yang ku inginkan adalah dia. Aku menginginkan
Shin Jin Ri. Hanya dia".
'My
pained heart is looking for you. Is calling out to you- crazily...'
"Jin Ri!"
Dia tak mendengarku. Atau pura pura
tak mendengarku. Karena, meski tidak menoleh, aku melihat langkah kaki nya
semakin cepat menghindariku. Aku mengejarnya.
"Jin Ri!"
aku menarik tangannya, memaksanya untuk menghadapku. Wajahnya tidak terlihat
kaget. Dia mengangkat alisnya.
"Apa aku mengenal anda
sebelumnya?"
Aku terperangah. "Sebegitu
bencinya kah, kamu padaku? Hingga bersikap seperti itu?"
"Saya tidak mengenal anda
sebelumnya. Haruskah anda memaksa saya mengingat anda?"
'We
used to like each other- you laughed at my smile. We used to cry together- you
were pained by my tears...'
*Flashback*
"Tak bisakah kau tinggal di sisiku?" tatap Jin Ri.
Tangisnya pecah. Bau khas obat obatan, menyeruak di antara mereka.
"Maaf..." Siwon berbalik. Meninggalkan Jin
Ri. Jin Ri
menahan tangan Siwon. Menatapnya lama.
"Ini terakhir kalinya aku mencintaimu. Dan
mengingatmu sebagai orang yang ku sayangi. Esok hari, aku akan mengingatmu
sebagai orang yang ku benci. Terima kasih untuk segalanya..."
'Where
are you? Can’t you see my tired body?'
"Tak cukupkah kau menyakitiku,
dulu?" kecam Jin Ri, saat aku menemuinya di rumahnya.
Aku terdiam. Bayangan masa lalu,
melintas kembali. Aku menghela napas. "Maafkan aku..."
"Aku tak butuh maafmu!"
desisnya. "Kemana kau, saat aku terbaring di Rumah Sakit, saat itu? Kau
pergi! Karena aku sakit. Pergi dan bersenang senang dengan gadis gadis lain
yang memujamu. Lalu sekarang, ada di hadapanku lagi?".
Aku tersenyum miris. Ya. Aku
melakukan semua yang dia tuduhkan padaku. Pergi meninggalkannya, karena tak
sanggup melihatnya lemah. Bersama gadis lain, yang di jodohkan oleh para Hyung
ku dan juga orang tua ku. Dan aku menjalani kencan kencan buta itu, hanya untuk
membuat perasaanku tenang dan melupakan gadis yang ada di hadapanku ini. Hanya
saja, setelah 2 tahun berlalu, aku masih tak bisa melupakannya.
"Aku merindukanmu..."
Dia tersenyum sinis. Tanpa berkata
apapun, dia meninggalkan ku yang berdiri di depan pintu rumahnya.
Akhirnya aku merasakan, bagaimana
sakitnya di acuhkan dan di tinggalkan oleh orang yang ku sayangi.
'Please
come back to me- I call out your name every night..'
"Bagaimana caraku untuk
memperbaiki semua kesalahan ku? Aku benar benar mencintainya..." gumamku.
"Hati yang tersakiti, tak
mudah untuk di sembuhkan," ucap Yesung Hyung. Dan Leeteuk Hyung yang di
samping nya mengangguk, menyetujui ucapannya. Hanya mereka berdua yang melarang
ku ikut kencan buta, dulu. Dan aku tidak mempedulikan larangan mereka sama
sekali.
"Bukankah sudah ku katakan
padamu, bagaimanapun buruknya dia, dia adalah orang yang menerima mu apa ada
nya dirimu. Mengapa kau meninggalkan orang yang tulus seperti itu?" ucap
Leeteuk Hyung.
"Aku hanya..." lidahku
kelu. Ya, Leeteuk Hyung pernah mengatakannya. Saat itu, aku hanya tak suka
dengan sikapnya yang terlalu manja dan ingin selalu di perhatikan olehku. Aku
tak memaklumi keinginannya itu, dan menilai bahwa dia adalah gadis merepotkan.
Jadi aku meninggalkannya meski dia sedang sakit.
Belakangan, Leeteuk Hyung memberi
tahuku, bahwa sikap nya yang seperti itu, hanya karena dia takut aku berpaling
dari nya saat dia sedang sakit. Jika perkataan Leeteuk Hyung benar, itu artinya
semua perkiraannya padaku sudah terjadi. Tak heran dia begitu membenciku
sekarang.
"Aku mau dia...," lirihku
pelan.
"Lupakan saja. Jika dia
sebodoh itu mau menerima mu lagi, maka kau akan menyakiti nya untuk kedua kali.
Jika itu terjadi, percayalah, Wonnie, aku yang akan menghajarmu untuknya,"
ucap Yesung Hyung dengan wajah serius.
Aku menatapnya dengan kaget. "Kenapa?"
"Karena aku tak ingin memiliki
adik yang hobi menyakiti hati seorang gadis, tak peduli apapun alasannya".
'My
love, my tears, our memories...'
"Kau kenapa, Hyung?"
tanya Kyuhyun, saat dia masuk kedalam kamarku.
Aku menatapnya heran.
"Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"
Dia menggoyangkan sejumlah kunci
yang langsung berbunyi nyaring. Aku merengut. "Kau mencuri kunci duplikat
apartemenku pada Leeteuk Hyung?"
"Hei, memangnya aku punya
tampang pencuri? Tentu saja aku meminjam nya".
"Baiklah," sahutku malas,
"ada apa?"
"Aku tak tahu harus mengatakan
ini atau tidak, karena dulu aku juga yang menyuruh mu untuk
meninggalkannya," dia diam sejenak, membuat ku langsung tersentak karena
ucapan penuh isyarat dari nya. Dia membicarakan Jin Ri.
"Lalu?" desakku.
"Tapi sebaiknya ku beritahu
saja padamu, karena aku juga merasa bersalah telah membuat mu seperti
ini," dia tersenyum dengan wajah terpaksa, membuatku semakin curiga.
"Ada apa?"
"Aku melihat Jin Ri
tertabrak. Kondisinya kritis".
'Drop
by drop, they are falling against my chest...'
Bunyi bunyian yang ada di
sekelilingku membuat ku risih. Ingat saat terakhir kali aku menatap wajahnya,
sebelum akhirnya aku pergi.
Aku menatap Jin Ri yang
tengah terpejam. Di sampingnya, ada alat pengukur detak jantungnya. Selama alat
itu masih berbunyi, maka aku tahu, Jin
Ri masih hidup.
"Kita bertemu di sini lagi, Jin Ri,"
aku mengelus pipinya. Mataku basah. "Kita bertemu di tempat kita berpisah
dulu..."
'Though
I cry and I cry, the memories won’t erase...'
Aku memegangi kepalaku erat.
Rasanya sebentar lagi kepalaku meledak. Sesak, dan menyakitkan. Di tambah
isakan histeris dari orang orang di sekitarku. Aku tak tahan.
"Mau kemana?" satu suara,
menahan langkahku dengan memegangi tanganku. Aku menoleh.
"Pergi. Aku tak tahan dengan
situasi ini," jawabku putus asa. Heechul Hyung menatapku tajam. Sementara,
Yesung Hyung yang memegangi tanganku menatapku tanpa ekspresi, dan member lain
hanya menontonku dengan wajah kecewa.
"Tetap di sini. Kau harus
mengerti rasa sakit ini. Jin
Ri pernah melakukannya
untukmu," ucap Leeteuk Hyung dengan suara lemah.
Aku menggeleng. "Terlalu
menyakitkan..."
"Di dalam sana,
Jin Ri
sedang menguji mu. Dia akan kembali jika kau bersedia melewati situasi ini.
Tapi jika kau pergi, dia juga tak akan bertahan. Apa yang kau harapkan?"
"Dia pasti hidup,"
racauku, "Dia akan hidup meski tak ada aku di sampingnya.."
"Jika tidak?" kecam
Kangin Hyung dengan suara dingin. Aku menyerah. Aku kembali duduk di tempatku.
"Berjuanglah untukku, Shin Jin
Ri..."
'And
again today, I drench my empty heart...'
"Apa ini?" tanyaku,
menatap kosong pada gundukan tanah di hadapanku. Leeteuk Hyung merangkul ku.
"Apa?!" emosi ku mendadak
naik. Dengan kasar, ku tepis rangkulan Leeteuk Hyung, dan membentak nya. Tak
peduli aku ada di mana sekarang.
"Wonnie, tenang," ucap
Heechul Hyung, mencoba melembutkan ku.
"Kalian bohong!" tangisku
pecah. "Jin Ri tetap tak mau bersamaku. Dia lebih
memilih pergi dari ku! Aku sudah mencoba bertahan untuk tetap menungguinya di
saat dia di operasi. Tapi kenapa dia masih tak mau kembali padaku?!!"
Hatiku hancur seketika. Pikiran ku
penuh dengan memori di saat aku bersamanya. Di saat kami tertawa bersama. Di
saat dia menangis karena ku. Di saat aku meninggalkannya. Dan yang terakhir, di
saat dokter mengatakan bahwa Jin
Ri tak selamat dalam operasi otak
yang di jalaninya.
Jin Ri
mengalami kerusakan otak akibat tabrakan yang di alaminya. Butuh operasi besar
untuk menyelamatkannya, namun di tengah operasi, Jin Ri di
vonis mati otak. Membuat kerusakan bagian syaraf vital di tubuhnya menyebar
hingga jantungnya berhenti berdetak. Nyawa nya melayang. Mendengar ini, rasanya
nyawa ku ikut melayang keluar.
"Maaf..." aku menangis tanpa bisa di kendalikan
lagi. Semua member ku mengucapkan maaf padaku. Namun bukan itu saja.
Hati dan jiwa ku, terbang mengikuti Jin Ri.
Entah dimanapun kini dia berada...
*****
We
used to love during the many days we were together
We
used to hurt together- making each other’s pain our own
Where
are you? Can’t you hear my voice?
My
pained heart is looking for you
Is
calling out to you- crazily
My
heart, my tears, my memories of you
Drop
by drop, they are falling against my chest
Though
I cry and I cry, the memories won’t erase
And
again today, I drench my empty heart
We
used to like each other- you laughed at my smile
We
used to cry together- you were pained by my tears
Where
are you? Can’t you see my tired body?
My
pained heart is looking for you
Is
calling out to you – crazily
My
heart, my tears, my memories of you
Drop
by drop, they are falling against my chest
Though
I cry and I cry, the memories won’t erase
And
again today, I drench my empty heart
Please
come back to me- I call out your name every night
And
in my exhausted waiting, I wander around and look for you
My
love, my tears, our memories
Drop
by drop, they are falling against my chest
Though
I cry and I cry, the memories won’t erase
And
again today, I drench my empty heart
Super Junior - Memories