Rabu, 09 Oktober 2013

Its You (너라고)


Nb: Kutipan bahasa inggris di sini adalah lirik lagu dari Its You - Super Junior. Sementara cerita yang berdasarkan dari lirik tersebut merupakan fiksi/karangan author.




Its You (너라고)
Songs Fiction by JJ Park

 ***

‘I don’t need anyone else, it’s only you for me..‘


Airmata ku menetes. Pilu rasanya mendengar kata perpisahan terucap dari bibir itu. Yah, bibir yang selalu tersenyum lembut itu, kini justru mengucapkan hal paling kejam untukku.

“Jangan pergi...,“ ucapku lemah.

“Maaf“. Dan dia berlalu. Meninggalkan ku yang hancur berkeping keping.

“Jangan pergi...,“ pandanganku kabur. Tak lama, semua menjadi gelap.




‘When you ask again, it’s only you for me...‘


Pandanganku hanya menerawang bebas. Kenyataannya adalah, aku benar benar tidak bisa tanpanya.

“Kenapa kau begitu bodoh?“ tanya Eunhyuk pada ku. Aku menyunggingkan senyum lemah.

“Tolong bawa dia kembali padaku...“


‘Even if you already love someone else, I can’t forget you, I can’t turn back around...‘


“Jangan katakan...“ aku menatap lemah kartu pink berhias pita yang ada di meja. Tertulis sebutir nama yang sangat ku rindukan. Shin Jin Ri.

“Lupakan lah...,“ tegur Donghae. Aku menggeleng.

“Tak akan pernah...“


‘The moment my eyes began to burn. The moment my heart was deeply. pierced with a nail...‘


Pandangan ku masih nanar. Menatap nya yang berbalut gaun putih. Dengan mata kristal indah miliknya yang mengerjap saat melihatku. Entah apa itu hanya perasaan ku saja, ku melihat butir bening membasahi pipinya, sebelum dia berbalik arah. Dan pergi dari ku.

Dia menikam hatiku lagi. Lagi, dan lagi. Entah kenapa aku tak pernah bisa membencinya...


‘Without regrets, I chose you. That’s right, it’s you for me...‘


Aku menatapnya dari jauh. Bagai putri angsa yang sangat cantik dengan balutan gaun putih yang melekat di tubuhnya. Senyum nya masih selembut dulu. Aku ikut tersenyum. Sayang sekali, senyum itu tak lagi ada untukku. Dia milik orang lain, sekarang.

“Ayo pulang,“ ajak Kyuhyun. Menarik tanganku. Setengah sadar, aku mengikuti tarikan Kyuhyun. Aku tahu satu hal. Aku masih ingin terus mencintainya. Seorang Shin Jin Ri.


‘Whatever anyone says, It doesn’t matter to me...‘


“Bagaimana bisa kau masih mengingat orang yang melupakan mu dengan mudah?“ tanya Kangin.
 
“Dia membuatmu menangis sepanjang hari,“ tambah Heechul.

“Dia juga mencampakkan mu,“ Kyuhyun mengingatkan.

“Aku tak peduli,“ jawabku akhirnya, “Aku mencintainya..“


‘Whoever curses me, I’ll only look at you...‘


Mataku menangkap sosoknya yang indah. Tengah berlari kearah ku. Aku merentangkan kedua tangan ku. Kami berpelukan. Ku ucapkan sebutir kata yang selama ini ku rasakan.

“Aku merindukan mu, Shin Jin Ri...“

“Aku juga, Kim Ryeowook...“

Dan aku terbangun dari tidurku. Airmataku mengalir. Itu adalah mimpi terindah yang ku alami.


‘Even when I’m born again, it’s still only you for me...‘


Demi apapun di dunia ini, aku tak pernah melihat nya menangis di hadapanku. Tangisan yang sangat sedih. Kesedihan yang di rasakannya pada ku.

“Aku merindukan mu, Ryeowook ku...“. Ku lihat bibir nya bergetar saat mengatakan kalimat itu. Aku tak percaya. Aku pernah mendengar ini sebelum nya. Dan itu adalah sebuah mimpi.

“Benarkah?“ tanya ku sangsi. Aku tak tahu harus berwajah seperti apa di hadapannya.

“Aku tahu tak seharusnya ku ucapkan kata kata ini..“. Oh, Tuhan. Dia berbicara lebih panjang dari pada di mimpi ku. Boleh kah aku percaya kata katanya?

“Kenapa?“ aku menggantung pertanyaan ku. Aku tidak ingin mendengar apapun alasannya. Hanya saja, aku tak tahu apa lagi yang harus ku katakan.

“Kenapa apa? Kenapa aku menangis? Kenapa aku mengatakan bahwa aku merindukan mu? Kenapa aku pergi? Itu kah yang ingin kau tanyakan, Kim Ryeowook?“

Aku menggeleng. “Jangan katakan apapun“.

“Aku ingin mengatakan nya“.

“Tidak. Jangan“. Aku belum siap mendengar apapun alasannya. Apapun itu.

“Aku tak ingin membuat mu semakin sakit...“

“Tidak. Aku baik baik saja,“ aku merengkuh tubuh nya yang terasa lebih kurus dari sebelumnya, “Kata rindumu, lebih dari cukup untuk mengobatiku...“


‘Even as time goes by...‘


Aku tak mengerti siapa aku sekarang. Jin Ri semakin sering menemuiku. Dan aku senang dengan keadaan itu.

“Tidak seharusnya kalian seperti ini,“ ujar Leeteuk. Menasihati ku.

Aku tahu kata kata itu benar. Aku tahu hubungan kami sekarang adalah kesalahan. Tapi aku tak ingin melepaskannya.

“Jangan lakukan ini lagi. Berhenti berhubungan dengan nya lagi...“

“Tidak mungkin, Hyung,“ ucapku akhirnya, “Aku mencintainya...“


‘When I tell you I love you...‘


“Aku di peringatkan oleh para Hyungku,“ ujarku pada Jin Ri. Jin Ri menoleh.

“Tentang apa?“

“Tentang hubungan kita“.

Jin Ri terdiam. Membuatku merasa bersalah karena mengatakan hal ini padanya.

“Mereka benar. Kita.. seharus nya tidak boleh seperti ini..“

“Tidak boleh?“ tanyaku. Menatap mata kristal yang di miliki Jin Ri.

“Mari kita hentikan...“ ucapnya pelan. Seketika tubuhku menegang.

“Tidak. Aku mencintaimu..“

“Keadaan tidak akan selesai hanya dengan kata cinta,“ ujar Jin Ri lagi, “Ini harusnya tidak terjadi. Ayo kita hentikan...“

“Aku tidak peduli apakah kata cinta tidak bisa menyelesaikan apapun dan sebagainya,“ aku menggenggam tangan mungil Jin Ri, “Aku cuma tidak ingin kamu pergi lagi dari ku. Tak peduli bahwa itu salah atau tidak“.


‘When I tell you thousands and millions of times..‘


“Jangan bodoh, Kim Ryeowook. Dia bukan lagi kekasih mu. Dia bukan milik mu lagi“.

Aku menatap lurus ke arah Heechul. Dan mengedarkan pandangan. Semua member ada di hadapanku. Menghakimi ku.

“Lalu apa yang harus ku lakukan, Hyung?“ tanyaku.

“Biarkan dia pergi,“ ujar Siwon, “takdir kalian berbeda“.

“Jika takdir kami berbeda, aku akan membiarkannya pergi,“ tatapan ku beralih pada Siwon, “dengan syarat, takdir itu juga harus menghapus perasaan ku padanya“.


‘Even when my heart sets aflame, my dry lips wear out..‘


“Kenapa kau kesini?“ jerit Jin Ri panik. Aku mendatangi ke rumahnya. Yang juga merupakan rumah suaminya.

“Aku merindukan mu,“ aku tersenyum ke arahnya.

“Apa yang kau lakukan? Kau tidak bisa ke sini,“ jeritnya lagi.

“Aku hanya ingin memberikan mu ini,“ aku mengangsurkan sebuket bunga mawar pink kesukaannya.

Dia membeku. Aku tak ingin tahu apa yang ada di pikiran nya. Aku hanya ingin seperti dulu di hadapannya.

“Kenapa..?“

“Aku tak ingin beralasan di hadapanmu,“ senyum ku, “bukankah kau selalu memeluk ku, atau melompat senang saat ku berikan sebuket bunga mawar pink kesukaan mu?“

“Ryeowook...“

“Aku mencintaimu. Happy Our Anniversary, Shin Jin Ri...“


‘Even when I’m born again, it’s still only you for me. Even as time goes by..‘


“Bukankah aku terlalu bodoh?“ isaknya di pelukanku. Sementara aku hanya memeluk nya dengan kaku.

“Kau tidak bodoh...,“ ucapku menggantung.

“Aku bodoh. Pergi dari mu dan kembali seperti ini“.

Perutku serasa di remas mendengar kata katanya. Aku tak mau dia tahu kelemahan ku.

“Aku bersyukur kau kembali...“


‘Only for you...‘


“Kau sudah keterlaluan, Kim Ryeowook“.

Bahkan, Yesung, juga menghakimi ku sekarang. Hyung yang sangat memahami ku. Hyung yang ku hormati. Hyung yang sangat ku sayangi. Yesung.

“Hentikan semua kelakuan bodoh mu sekarang, Kim Ryeowook“. Dia mengulang nama ku.

“Aku selalu bodoh, Hyung,“ aku tak bisa tersenyum lagi sekarang, “Aku hanya ingin bersama nya. Atau aku akan semakin bodoh jika tak ada di sampingnya“.


‘I don’t need any words, it’s just you for me...‘


“Suami ku mengajukan perceraian,“ ujar Jin Ri padaku.

Aku terkejut mendengarnya. Dan tanpa sadar, senyum kebahagiaan ku terukir.

“Karena aku tak mencintainya. Dan dia tahu itu. Kami selalu bertengkar setiap hari,“ Jin Ri masih bercerita. Dia tak menyadari rasa senang ku.

Aku tahu penyebab pertengkaran mereka adalah aku. Dan aku tak peduli. Menyenangkan sekali membayangkan Jin Ri akan menjadi milik ku seutuhnya.

“Tapi aku tidak boleh bercerai dengan nya...“ lanjutnya dengan wajah sedih. Senyum ku lenyap seketika.

“Kenapa?“

“Aku mengandung anak nya...“


‘It’s too late, but for me it’s just you. For me..‘


“Sudah cukup kegilaan ini!!“ Leeteuk berteriak marah.

Aku memandangi seluruh member ku. Mereka juga memandangku. Dengan tatapan marah dan emosi.

“Aku harus menikahinya“.

“Bukan kau yang menghamilinya. Dia sudah memiliki suami. Itu tanggung jawab mereka berdua. Itu bukan tanggung jawab mu!“ Heechul ikut berteriak.

“Aku mau bertanggung jawab atas anak nya. Lagipula, mereka berdua akan bercerai“.

“Jika tidak ada kamu, mereka tidak akan bercerai. Kamu lah penyebab kehancuran hidup mereka,“ Kyuhyun menatapku dengan sorot mata kesal.

“Aku tahu itu“.

“Dimana akal sehatmu, Kim Ryeowook?“ ganti Sungmin yang mengomeli ku.

“Di sini,“ tunjukku pada dahi. Lalu tersenyum pada mereka.

“Jangan bodoh, Kim Ryeowook. Kenapa kau sebodoh itu hanya untuk seorang wanita yang jelas jelas sudah milik orang lain?“ Kyuhyun membentak ku.

“Jangan membentakku. Apa yang kau tahu tentang nya? Kau bahkan tidak tahu bagaimana bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua dari mu,“ balasku santai.

Kyuhyun terdiam sejenak. “Baiklah Hyung,“ ucapnya kemudian, “ku mohon hentikan semua pemikiran mu untuk menikahi nya. Aku jauh lebih menyayangi Kim Ryeowook yang senang memasak untuk kami daripada bertengkar dengan kami“.

Aku sadar bahwa hubungan ku sudah sangat jauh dari member member ku.

“Maaf,“ jawabku, menatap mereka satu persatu, “aku pasti sangat mengecewakan kalian semua...“


‘I know our love is wrong...‘


“Kau mau menikahi ku?“ Jin Ri menatapku dengan wajah pucat.

“Ya. Kenapa?“

“Jangan bodoh, Tuan Kim,“ seringai nya aneh.

“Jangan memanggil ku seolah kita orang asing. Apa salahnya menikahi mu? Aku hanya ingin menikah dengan orang yang ku cintai. Apa salahnya?“

“Tidak. Aku tidak mau,“ Jin Ri berdiri. Mengelus perut nya yang sedikit buncit. Dan menatapku.

“Kenapa?“

“Kau bukan ayah biologis dari anak dalam kandungan ku“.


‘I can’t give up, I can’t let you go..‘


“Jangan pergi lagi,“ aku menahan langkahnya.

“Aku harus pergi,“ Jin Ri berusaha menepis tanganku.

“Jangan lakukan itu,“ aku menariknya ke dalam pelukanku, “Jangan pergi lagi dariku“.

“Tidak mungkin,“ Jin Ri meronta pelan, “Kita bukan lagi sepasang kekasih“.

Aku mempererat pelukanku padanya. Meski tubuhku terasa kaku mendengar kata kata itu. Aku memang sering mendengar kata semacam itu. Tapi bukan dari mulut seorang Shin Jin Ri.

“Aku tahu kau juga masih mencintaiku...“


‘My icy lips call out more..‘


Aku gemetar menahan marah saat melihat Jin Ri ku di rangkul seorang namja lain. Suami sah seorang Shin Jin Ri dan ayah biologis dari anak yang ada dalam kandungannya. Mereka kembali berbaikan. Sebagai gantinya, Jin Ri menjauhiku. Dan aku yang mengejar nya lagi. Aku tak peduli. Shin Jin Ri adalah milikku.


‘I cry out to find your warmth...‘


“Ku mohon, jangan ikuti aku lagi...,“ Jin Ri memegang kedua tangan ku. Menatapku dengan pandangan memohon.

“Aku tak bisa memenuhi permohonan mu itu,“ ujarku datar. Aku menatap mata krystal miliknya.

“Ku mohon... Aku mohon padamu, Kim Ryeowook...“

“Jika tak ingin ku ikuti, kenapa kau menemuiku saat itu?“

“Itu...,“ dia terdiam sejenak. “Karena aku masih merindukan mu...“

“Kalau begitu, aku juga sama dengan mu. Aku masih mencintaimu. Itulah sebabnya aku masih ada di sekitarmu sekarang“.

“Jangan,“ Jin Ri memegang pipi ku, “Jangan lagi menyakiti dirimu. Aku sudah sangat bersalah karena menyakiti hati mu sedemikian rupa. Jangan lagi kamu menyakiti dirimu sendiri. Aku akan sangat merasa bersalah karena itu“.

“Kalau begitu, jangan tinggalkan aku,“ tukas ku.

“Aku juga tidak ingin meninggalkan mu,“ airmata Jin Ri mengalir, “Tapi ini semua kehendak orang tua ku...“

“Lalu? Apa yang kau inginkan sekarang?“ tanya ku datar. Entah kenapa, perasaan ku terasa mati mendengar kata kata Jin Ri.

“Pergilah dari ku. Lupakan aku...“

“Akan ku lakukan setelah aku mati“.


‘Although when I call you, there’s no reply...‘


“Shin Jin Ri...“ aku menggumamkan namanya saat melihat sosok nya yang berada dalam dekapan orang lain.
Jin Ri menoleh ke arahku. Sekilas. Lalu kembali memalingkan wajahnya.

Aku tersenyum ringan. Kami masih memiliki kontak batin. Walau sekarang, Jin Ri berusaha menghindariku.
Aku mengetik sebuah tulisan di ponsel ku. Lalu mengirimkan nya pada Jin Ri. Sedetik kemudian, aku melihatnya membuka ponsel nya.

“Aku ingin melihat mu secara langsung...“


‘I’ll wait for you..‘


Aku menunggu Jin Ri di tempat favorite kami. Sembari meminum segelas caramel latte yang ku sukai. Ku lirik sekilas pergelangan tanganku. Pukul 7 malam. Lalu menoleh ke arah jendela yang memantulkan bayangan ku secara transparan namun jelas. Sementara keadaan di luar sudah gelap. Dan belum ada tanda tanda Jin Ri akan datang.

Aku menutup mata ku lama. Mulai memikirkan kemungkinan terburuk, karena berharap pada istri orang lain. Mungkin saja kan, jika dia tidak datang ke hadapanku? Meski begitu, aku akan tetap menunggunya. Mungkin.

“Kamu kenapa?“ suara halus masuk ke pendengaran ku. Aku membuka mataku cepat. Jin Ri. Shin Jin Ri ku ada di hadapan ku.

“Shin Jin Ri...,“ gumamku senang.

“Namaku bukan Shin Jin Ri lagi. Aku sudah menjadi Nyonya Song. Harus nya kamu sudah tahu hal itu,“ ujarnya pelan.

Aku mendengus. Bagi ku, dia adalah Shin Jin Ri. Bahkan harusnya menjadi Kim Jin Ri. Dan bukan Song Jin Ri! Tapi aku menahan mulut ku untuk tidak mendebatkan hal seperti itu.

“Kamu kenapa?“ ulangnya, mengeluskan tangannya yang halus ke pipi ku. Aku terpejam menikmati sentuhannya yang hangat.

“Hanya terpikir sesuatu, tadi,“ jawabku singkat.

“Apa?“

“Bahwa mungkin kamu tidak datang“

“Aku juga berpikir begitu,“ Jin Ri tertawa pelan, “Aku bahkan bingung, kenapa kaki ku menuntun ku ke tempat mu?“

“Mungkin tubuh dan hati mu lebih membutuhkan ku daripada otakmu,“ ujar ku asal.

Dia tertawa lagi, “Ku rasa tidak. Bahkan otak ku tak bisa berhenti memikirkan mu“.

Aku tersenyum lebar mendengar kejujuran Jin Ri. “Kau tidak sedang mencoba merayuku lagi kan, Shin Jin Ri?“

“Sudah ku bilang, nama ku sudah berubah...“

“Aku tidak peduli perubahan nama mu,“ tegasku, membungkam kelanjutan kata kata yang akan di lanjutkan oleh Jin Ri.

“Baiklah,“ Jin Ri menyerah, “Aku hanya mencoba menempatkan diriku pada kenyataan“.

“Kenyataan yang tidak seharusnya,“ timpalku.

“Maaf,“ tiba tiba wajah Jin Ri memerah. Dia menatapku dengan pandangan yang sendu.

“Wae?“ aku balas menatapnya.

“Maaf karena meninggalkan mu...,“

“Cukup!“ sergah ku. Aku tahu ke arah mana pembicaraan ini.

“Aku tidak punya pilihan lain,“ Jin Ri tetap meneruskan kata kata nya, membuatku terpaksa bungkam, “ini keinginan orang tua ku. Mereka ingin aku menikah dengan orang itu“.

“Kenapa kau tidak menolaknya?“ tanya ku datar.

“Tidak bisa...,“ Jin Ri mulai menangis, “Mereka mengancam ingin bunuh diri. Dan mereka punya hutang pada orang itu...“

“Kenapa kau tidak mengatakannya? Biar aku yang membayarkan seluruh hutang orang tua mu“.

“Ternyata diri ku memang hanya seharga hutang itu,“ ujarnya pelan, membuat emosi ku yang tadi naik, mendadak turun dan merasa bersalah karena ucapan spontan ku tadi.

“Aku tidak menyalahkan mu,“ Jin Ri tersenyum sedih melihat ku terdiam, “Aku memang hanya seharga hutang itu. Bahkan orang tua ku pun juga menganggap ku seperti itu. Tapi ada satu lagi yang tak bisa ku katakan pada mu saat itu“.

“Apa?“ tanya ku pelan.

“Aku di hamili nya,“ pandangan Jin Ri berubah nanar, “dan lagi lagi, karena orang tua ku“.

“Huh?“ aku menatap nya dengan pandangan tidak mengerti.

“Orang tua ku ingin aku menerima perjodohan itu. Maka orang tua ku memasukkan obat ke dalam makanan dan minuman ku. Membuat ku tak sadar. Dan menjual tubuh ku ke padanya,“ Jin Ri menangis.

Dan aku terkejut mendengarnya. Tak heran bahwa dia sudah memiliki janin dari laki laki itu walau Jin Ri ku tidak mencintainya.

“Kenapa kau tidak menceritakan nya padaku, saat itu?!“ tanyaku dengan nada tinggi. Jin Ri semakin terisak.

“Kau pikir aku adalah gadis tidak tahu malu? Menceritakan aib sendiri, meskipun pada kekasihnya? Apa kau tidak tahu, apa perasaan ku saat itu? Kau tidak tahu, bahkan aku tak bisa mengangkat kepala ku untuk menatap mu saat itu..“

Aku terdiam lagi. Tentu saja aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi harus ku akui, kata kata Jin Ri sangat benar.

“Aku tidak ingin melihat wajah mu yang kecewa saat mengetahui aib ini,“ lanjut Jin Ri lagi, “Aku juga tidak ingin melihat mu kecewa karena mendapat seorang gadis seperti ku. Aku juga takut kau akan menganggap ku tidak berharga karena tidak bisa menjaga diri sendiri..“

“Sudahlah,“ aku tak tahan mendengar kata kata Jin Ri yang menjatuhkan diri nya sendiri. Apa dia tidak tahu, cinta ku tulus? Aku tidak peduli apapun yang terjadi padanya.

“Aku lebih memilih cacat fisik,“ Jin Ri masih meneruskan ucapannya, “setidak nya aku tidak harus menanggung malu seperti ini“.

“Cukup, Jin Ri,“ aku segera menaruh telunjuk di bibirnya, “Jangan meneruskan kata kata mu lagi“.

“Aku harus mengatakan nya. Aku tidak mau menyakiti diri mu lagi. Aku mau jujur,“ Jin Ri menangis.

“Bukankah aku pernah mengatakannya? Aku tidak apa apa. Jika kamu melakukan itu, kamu akan semakin menyakiti diri mu sendiri“.

“Aku harus mengatakannya. Aku tak ingin menutupi kebenarannya. Setidaknya, aku tidak merasa bersalah saat pergi nanti...“

“Apa maksudmu?“ sela ku tajam.

“Tentu saja,“ Jin Ri tersenyum lemah, “Kita sudah berbeda takdir, bukan?“

“Pergi lah dari nya, dan aku akan menikahimu. Dengan demikian, takdir kita adalah sama. Dan bersama“.

“Tak mungkin,“ Jin Ri meringis, “Jangan memaksa ku seperti itu“.

“Jadi kau lebih memilih dia?“ tanyaku.

“Aku pulang,“ Jin Ri bangkit dari duduk nya. Lalu pergi dari ku dengan setengah berlari. Dan aku hanya bisa memandangi kepergiannya. Tanpa mencegahnya. Aku tak bisa lagi mencegahnya, saat dia sudah memutuskan pergi dari ku.


‘For me, it’s you…‘


“Apa telinga mu sudah di tutup oleh Jin Ri mu itu, huh?“ bentak Heechul pada ku. Aku hanya diam.

“Kamu tidak bisa seperti ini terus,“ tambah Donghae.

“Sudahlah, lupakan dia. Kamu tampan. Dan terkenal. Siapapun pasti bersedia menjadi kekasihmu,“ ujar Kyuhyun. Aku menyeringai mendengarnya.

“Aku tahu tentang hal itu. Tapi aku hanya mencintainya...“


‘Why don’t you know?‘


“Besok aku akan pergi dari Korea,“ ujar Jin Ri kaku.

Aku membulatkan mataku. “Apa demi menghindariku?“

“Sepertinya begitu,“ Jin Ri tertawa pelan.

“Aku tak akan membiarkan mu pergi“.

“Terlambat,“ ujar nya, “aku juga memilih pergi darimu“.

“Kenapa? Kau tak lagi mencintaiku?“

“Lebih dari itu. Aku tak bisa hidup tanpa mu“.

“Kalau begitu, kenapa kau pergi?“


‘It’s only you...‘


“Jika mencintai mu adalah kesalahan, aku tak akan mencintaimu lagi,“ aku menggenggam tangannya yg lemah, “aku akan melupakanmu. Asal kau berjanji untuk tetap hidup..“

“Jangan...,“ dia menyahutiku dengan suara lemah, “jangan melupakan ku..“

“Lalu kenapa kau begini???“ isakku tak tertahan.

“Jangan menangis, laki laki cengeng,“ dia tersenyum simpul, “hanya berjanji bahwa kau tak akan melupakan ku saja.. “

“Mana mungkin? Kamu bodoh...“

“Mungkin saja. Dan kau lebih bodoh dari ku, Kim Ryeowook. Hentikan tangismu...“

“Aku mau berhenti menangis,“ ku seka airmata ku yang sudah membasahi wajah ku, “aku juga mau berusaha menghindari mu. Asal kau berjanji pada ku untuk tetap hidup. Ku mohon, Jin Ri...“

“Apa yang ku katakan tadi? Bukankah aku berkata aku tak bisa hidup tanpa mu?“ Jin Ri menatapku dengan lembut.

Aku semakin terisak mendengar ucapan Jin Ri. Seketika terlintas di pikiranku, bagaimana Jin Ri berlari menyongsong mobil di hadapanku. Tepat setelah aku bertanya pada nya. Entah apa yang merasuki kepalaku, tapi aku merasa itulah jawaban Jin Ri atas pertanyaan ku.

Aku menatap Jin Ri yang terkulai dalam pelukanku. Dengan mata sayu miliknya yang mulai terpejam. Tak ada lagi, kristal kristal berkilau dalam sorot matanya saat ini. Hanya ada sorot matanya yang sedih. Dan rasa sakit yang di rasakannya. Meski di tahan sedemikian rupa oleh nya.

“Kim Ryeowook...,“ Jin Ri menyentuh pipi ku dengan tangannya yang penuh darah, membuat indra penciuman ku menangkap aroma amis dari darah segar yang menyelimuti tangan mungil nya, “Aku mencintaimu. Hanya mencintaimu...“

Kesadaran ku seolah terhempas, bersamaan dengan kata kata nya yang terakhir. aku juga hanya mencintainya.

Dan aku hanya bisa terpaku, saat tangan Jin Ri jatuh terkulai dari pipi ku. Dan memejamkan matanya. Seolah tak lagi ingin melihat ku.

Untuk selamanya.



****Epilog****

Member Super Junior menatap sosok manusia yang sedang duduk itu dengan miris. Sosok itu tidak tahu, atau tidak mau tahu tentang apapun. Dia hanya melamun. Sesekali bersenandung. Terisak. Tersenyum. Sesekali menggumam. Lalu berteriak. Tidak jelas apa yang benar benar ada dalam pikirannya. Semua orang berkata bahwa pikirannya sudah hilang.

Dan tak lama, sosok itu berbisik lirih...

“Neo... ra... go...“


~~~~~~~END~~~~~~~