Senin, 22 April 2013

The Beautiful Loved! ~ One Shoot ; Dont Love Me!




Dedicated For : Yesung Super Junior  ^^


Author By: JJ Park
Story Code: 03
Story Type: One Shoot - Part of "The Beautiful Loved!"

Genre: Sad Romance, Tragedy

Main Cast:
Kim Jong Woon (Yesung)
Crystal Xu

Other Cast:
SNSD member

Background Song:
Let‘s Not...

~Apa cinta adalah kata yang terlarang bagimu? Lalu bagaimana dengan ku? - Crystal~

~Jangan mencintaiku. Aku adalah pembunuh bagi mu.. - Jong Woon~


Dont Love Me!


***Author***

Tatapan mata pria itu kosong. Dia bagai tak punya hati. Dia bagai manusia yang datang dari alam di mana tiada satu pun orang yang mengenal perasaan. Kim Jong Woon. Satu sekolah sudah tau siapa dia. Namja tertampan di sekolah yang memiliki predikat sebagai sekolah terbaik di Seoul. Yang sekaligus memiliki murid murid yang berkualitas, baik kemampuan, atau pun paras wajah. Dan jika Jong Woon yang menyandang predikat sebagai namja yang paling tampan, bukan berarti dia tak punya kemampuan. Akademis atau pun non akademis nya sangat memuaskan. Hanya saja.. manusia yang seolah baru saja datang ke bumi itu tak pernah menunjukkan senyum di wajahnya. Dia hanya bicara jika dia ingin. Selalu menyendiri sejak 1 bulan kepindahannya ke sekolah terkenal ini. Tapi bukan berarti kepribadian dia yang cenderung menutup diri, ataupun posisinya sebagai siswa baru, membuat dia bebas dari fans nya. Sebaliknya, saat dia datang ke sekolah ini, hampir seluruh yeoja di sekolah menyatakan diri menjadi penggemarnya. Ya, hampir. Karena ada beberapa yeoja yang merasa rendah diri, dan satu orang yang tidak melihatnya sama sekali.



Crystal. Yeoja yang selalu pergi jika Jong Woon datang. Satu satu nya yeoja yang membuang muka jika Jong Woon melintas di hadapannya. Prilaku yang hanya di mengerti oleh mereka berdua.

***JONG WOON POV***

‘Baguslah jika dia membenci ku. Aku tak pernah berharap dia akan tersenyum manis padaku..‘

Aku berjalan melewatinya dengan langkah yang berat dan kaku, dan dia dengan angkuhnya, melewati ku begitu saja. Aku diam saja. Memang seharusnya sikap dia seperti itu. Tidak boleh yang lain. Dia tak boleh memaafkan ku. Itulah satu satu nya sikap dia yang paling benar, di antara sejuta kebodohannya karena mengenalku..

***CRYSTAL POV***

‘Inikah sikap yang kau inginkan dari ku?‘

Kami berpapasan. Aku sangat sakit melihat wajah dinginnya yang berjalan kearah ku. Aku ingin tegar. Aku tak boleh terlihat lemah di hadapannya. Aku menegakkan daguku, berjalan dengan angkuh. Menatapnya dengan pandangan benci. Meski keseluruhan ini benar benar menyakitiku. Benar benar membuatku merasa bodoh. Ya, aku bodoh. Bodoh karena pernah mengenalnya sebagai seorang namja. Dan kemudian menyukainya..

***Author***

Satu masa lalu yang tak pernah terlupakan oleh keduanya. Masa dimana mereka hampir mendapatkan kebahagiaan, sebelum akhirnya, takdir membuat mereka menyerah dalam pengorbanan.

~Flashback, 12 years ago~

Dua anak kecil sedang berlarian di taman bunga. Anak anak yang terlihat bahagia. Di dampingi oleh kedua orangtua mereka masing masing.

“Su~yaa, Woon~ah, ayo ke sini. Kita makan,“ seru seorang wanita paruh baya, memanggil kedua anak itu.
“Ne,“ sahut kedua anak itu sambil berlarian menghampiri wanita itu.

“Ahjumma,“ rangkul sang gadis kecil pada wanita paruh baya itu, “Namaku bukan Su~yaa. Aku Crystal. Kenapa ahjumma selalu memanggilku Su~yaa?“

“Itu adalah panggilan khusus untukmu, Su~yaa,“ ucap wanita paruh baya yang sedang di rangkul oleh gadis kecil itu.

“Eomma~,“ rengek gadis kecil itu, “kenapa Ahjumma selalu memanggilku seperti itu? Aku mau di panggil Ital, seperti Eomma, Appa dan Jong Woon memanggilku. Ayo beritahu Ahjumma, Eomma“.

“Ital, jangan merengek, ne?“ bujuk ibunya, sementara wanita paruh baya itu tertawa, “kau harus menurut pada Ahjumma. Kelak kau akan tinggal dengannya“.

“Waeyo?“ gadis kecil itu mulai menangis. Jong Woon kecil menghampiri Crystal kecil yang sedang menangis, mengusap airmata Crystal dengan tangan kecil nya.

“Ulljimma, Ital,“ ucap Jong Woon kecil. Lalu menepuk kepala Crystal kecil dengan pelan.

“Ulljimma, anakku,“ ibunya menenangkan lagi, “Kamu akan tinggal dengan Ahjumma jika kamu menikah dengan Jong Woon“.

~Flashback End~

***CRYSTAL POV***

‘Tak ingatkah kau dengan masa lalu kita?‘

Aku menatap album kenangan yang ada di pangkuan ku. Aku berada di kamar yang sama. Ruangan tempat aku selalu bermain dengannya, 12 tahun lalu. Dan tempat ku menatapnya dari jauh, sampai 5 tahun yang lalu. Jong Woon.., apa kau benar benar telah memutuskan tali perjodohan mu dengan ku? Apa kau tak bisa memaafkan dirimu sendiri, seperti aku memaafkan mu? Tidakkah kau tau, aku masih terjebak dalam kebodohan yang sama?

Aku menghapus mataku yang basah. Aku memang tak bisa melupakan kejadian 5 tahun lalu. Saat dimana ibuku, meregang nyawa dalam pelukannya. Aku sudah memaafkan nya. Tapi Appa ku.., selalu menyakiti hati Jong Woon. Hingga saat ini. Hingga dia menjadi namja berhati batu yang tak kukenal. Dan itu semua karena ayahku.

***Author***

~Flashback, 5 years ago~

“Andwaaeee!!!“

Kejadian itu tepat di depan mata Jong Woon. Dia melihat sendiri bagaimana tubuh itu sangat ringan, melayang bebas di udara, sebelum menghantam tanah dengan keras. Jong Woon segera membopong tubuh itu. Di belakangnya, Cyrstal menangis panik. Jong Woon seolah tak menyadari kehadiran Cyrstal yang juga melihat kejadian itu. Jong Woon membopong tubuh itu dengan berlari. Rasanya seluruh tenaga nya menjadi beratus kali lipat dari biasanya. Tapi sayang nya, nyawa yang tengah di perjuangkan oleh Jong Woon itu, tak mampu bertahan lebih lama.

“Woon~ah, Gomawo,“ ujar lemah sosok itu, saat mereka sudah sampai di Rumah Sakit, “Gomawo sudah berusaha melindungiku“.

“Eommaa...!!!“ Jerit Crystal. Dan Jong Woon baru menyadari Cyrstal ada di sampingnya. Wajah Jong Woon sepucat kertas. Dengan peluh yang sudah bercampur dengan darah.

“Untuk seterusnya..,“ ucap sosok yang ternyata adalah ibu dari Cyrstal itu, “tolong berusahalah untuk melindungi Crystal. Tolong jangan pernah berhenti melindunginya...“

“Andwae! Ahjummaaa!!“ teriak Jong Woon histeris. Ibu Crystal yang berada di pangkuannya, mendadak menjatuhkan genggaman tangan nya yang lemah, di iringi dengan menutupnya kedua matanya. Crystal dan Jong Woon sama sama histeris.

“Eommaaaaaaa...“

~Flashback end~

***JONG WOON POV***

‘Aku pantas mendapatkan hukuman ini..‘

Mimpi itu datang lagi. Mimpi yang selalu menghantui ku sejak 5 tahun lalu. Mimpi yang membuat ku pergi dari keluarga ku, mimpi yang membuat ku kehilangan seseorang. Tapi aku tau ini semua pantas untukku. Semua yang sekarang ku alami, pantas untuk ku dapatkan. Bahkan seumur hidupku pun, akan ku jalani.
Aku menatap foto yang ku tempel sembarangan di dinding kamarku, “Aku akan jalani hukuman dan kewajiban ku itu dengan baik, Ahjumma. Maka dari itu, buatlah anakmu tetap membenci ku seperti sekarang ini...“

***CRYSTAL POV***

“Lihat, Crys,“ seru Yoona, salah satu teman ku yang begitu banyak penggemar, “Jong Woon-ssi benar benar tampan, ya?“ dia berdecak. Aku menoleh sejenak ke arah Yoona. Rasa nya aku ingin menjerit pada semua penghuni sekolah ini, bahwa Jong Woon adalah kekasih ku. Calon suami ku. Tapi aku menelan jeritan itu. Sebagai ganti nya, aku harus menahan perih ketika seluruh teman teman ku membicarakan perasaan mereka terhadap Jong Woon ku.

“Crystal, Crystal,“ Seohyun menggoyangkan badanku dengan semangat, “Lihat. Jong Woon-ssi membeli makanan yang sama dengan ku!“ Seohyun menunjuk nunjuk daging lada hitam nya dengan sumpit. Aku melirik sekilas ke arah Jong Woon. Dia duduk dengan tenang. Memakan makanannya dengan tenang. Tanpa merasa terganggu dengan kebisingan yang di buat teman teman satu meja ku. Aku tersenyum sinis.

“Kalian..,“ aku mulai mengeluarkan kata kata dingin, “tak perlu sepeduli itu pada orang yang tak mempedulikan kalian“.

“Yaa, Nona Xu. Kenapa kau selalu ketus dengan kami ketika kami menyinggung nama Jong Woon?“ sentak Sooyoung. Sementara yang lain hanya menatap ku dengan wajah down.

Aku menyunggingkan senyum sinis, “apa yang kalian lakukan?“ tanya ku sambil bangkit berdiri, “jangan menyia nyiakan waktu untuk hal yang tidak penting“.

“Ini perasaan kami. Hak kami jika kami ingin melakukannya. Walau itu pekerjaan yang sia sia,“ Jessica menjawab dengan ketus.

“Kalau begitu, lakukan saja sendiri,“ ujarku pendek, lalu berjalan pergi.

Yang tidak ku tau, ternyata Jong Woon memperhatikan pertengkaran ku dengan teman teman baik ku. Dan kini dia sedang menatapku. Aku menyadarinya ketika membalikkan tubuh ku ke arahnya. Kami bertatapan. Sesaat, aku melihat Kim Jong Woon yang lembut dan baik hati, ada di hadapanku. Membuatku ingin menghambur ke dalam pelukannya. Namun tak lama, tatapan itu kembali menjadi sedingin es lagi. Dan membuatku mengeraskan wajah, berjalan melewati nya dengan angkuh, entah keberapa kalinya dalam bulan ini.

***Author***

~Flashback, 6 years ago~

“Jong Woon, lempar bola nya“.

“Ayo!! Ayoo!! Cepat Shoot!!“.

“Jong Woon!! Hanya 30 detik tersisa!“

Jong Woon terkepung 2 pemain lawan. Posisinya terdesak.

“Woon~ah.. Three point shoot!“ teriak Crystal dari bangku penonton. Jong Woon memang ada di garis Three Point.

Jong Woon menuruti apa kata Crystal. Tanpa aba aba, dia langsung melempar bola yang ada di tangan nya ke arah ring.

Clapps!!

“Krriinnnggg!!!“

Bola masuk sesaat sebelum bel akhir berbunyi. Seluruh stadion sontak gaduh dengan teriakan. Entah itu teriakan kemenangan atau pun kekecewaan.

“Kamu hebat dalam basket, Woon~ah,“ ujar Crystal, ketika mereka pulang bersama setelah selesai pertandingan, “Lulus menengah pertama nanti, bagaimana jika kamu melanjutkan ke sekolah khusus pemain basket saja?“

“Ital,“ kata Jong Woon sambil melihat ke arahnya, “tidak perlu seperti itu juga kan? Memangnya aku hanya bagus dalam basket saja?“

Crystal nyengir saat mendengar jawaban Jong Woon. Dia tau bagaimana kemampuan calon suami nya itu.
“Tapi kamu senang saat bermain basket, kan?“

“Aku lebih senang saat kamu melihatku dalam keadaan terbaik ku. Apapun itu,“ ucap Jong Woon sambil tersenyum, “dengan begitu, aku bisa menjadi kebanggaan mu...“

~Flashback end~

***JONG WOON POV***

Aku melewati lapangan basket di dalam sekolah baru ku ini. Dan tiba tiba, semua ingatan ku tentang Crystal berlompatan keluar memenuhi otak ku. Dulu,aku tidak bisa terlihat bodoh di hadapannya. Aku terobsesi menjadi yang terbaik di matanya. Dan mengingat itu semua, membuat aku tertawa pelan. Dengan airmata yang bergulir tiba tiba. Aku menghapus seluruh ekspresi ku dengan cepat. Jika ku pikir lagi, sampai sekarang pun aku masih melakukan nya. Aku masih berusaha menjadi yang terpintar di sekitarnya. Menjadi yang terhebat, lalu di perhatikan semua orang, termasuk dia. Padahal 3 tahun terakhir, aku berhenti sekolah hanya karena tak bisa melupakan nya. Aku memang aneh. Aku berharap dia membenci ku, tapi aku tak bisa melepaskannya. Dan dari 5 tahun yang lalu, aku sudah benar benar membenci diriku sendiri.

Aku memasuki lapangan itu dengan langkah perlahan. Ingatan demi ingatan terus menerus melompat keluar dari memori ku. Aku memegangi kepalaku yang terasa sakit. Seolah semuanya terasa menjelma lagi seperti film yang di putar ulang. Sampai tiba di ingatan beberapa hari yang lalu. Ketika dia bertengkar dengan teman teman nya.

Aku mendengar seluruh perbincangan mereka. Juga nada dingin Crystal ketika menyindir ku tepat di hadapan mereka. Entah hanya perasaan ku saja, atau memang Crystal saat itu begitu cemburu dengan ku? Rasanya aku ingin memeluk dia saat dia sedang sedingin itu dengan semua orang. Atau jika rasa cemburu nya sudah tidak terbendung lagi. Tapi mungkin itu memang perasaan ku saja. Sebab aku tak bisa lagi berharap banyak padanya..

***CRYSTAL POV***

‘Apa kau mau membunuhku dengan perasaan ini?‘

Aku terkesiap melihat seseorang yang berada di lapangan basket yang tertutup itu sendirian. Entah mengapa, rasanya aku mengenali sosok yang tengah menunduk dan memegangi kepalanya itu.

“Ergghh,“ ku dengar dia mengerang. Aku terkejut. Meski lama tak mendengar suara itu, tapi di otak ku, masih terekam suara khas miliknya. Jong Woon.

Aku menghampirinya sambil berlari. Kaki ku bergerak bahkan tanpa ku perintahkan. Dan aku spontan menangkap tubuh yang terhuyung itu. “Jong Woon..“ panggil ku kaku. Dia menoleh.

“Ah, Crystal~ssi,“ ucapnya cepat sambil melepaskan pegangan ku padanya. Hatiku benar benar seperti di patahkan dengan mudah oleh namja ini. Hanya dengan mendengarnya memanggil ku ‘Crystal~ssi‘ dan bukannya ‘Ital‘. Rasanya begitu nyeri.

“Ahh,“ aku menghela napas, airmata ku sudah siap mengalir di ujung mata ku, “Mianhae, Jong Woon~ssi. Aku hanya ... “ aku terdiam. Sulit rasanya berkata kata bila kau sedang menahan tangis. Rasanya, apapun yang akan kau katakan, pasti airmata akan mengalir lebih cepat tanpa bisa di tahan.

“Gwaechana, Crystal~ssi,“ ujar Jong Woon kaku di hadapanku, “Aku pergi dulu“ lalu dia berlalu begitu saja tanpa menoleh ke arah ku lagi yang di tinggalkan nya sendirian di tengah lapangan basket.

Aku terjatuh lemas. Lalu menangis tanpa suara. Hati ku sakit. Tapi tak bisa mengatakan nya pada siapapun. Apapun itu, ku rasa aku mulai melihat kenyataan nya sekarang..

***Author***

~Flashback, in 5 years ago~

“Kau tuli??!! Sudah ku bilang jangan lagi ke rumah ku. Pembunuh!!“ tatapan laki laki paruh baya itu sungguh menyakitkan. Dia memegang sebuah balok kayu. Di sampingnya, anak tunggalnya menangis memegangi tangan ayahnya.

“Andwae, Appaa!!! Jebalyoo!!“ jeritnya. Tapi laki laki itu tidak peduli.

“Pergi!!“ bentak nya pada seorang namja muda, yang sedang berlutut di hadapannya, “seorang pembunuh tak pantas untuk anakku!!“

“Appaaa!! Biarkan Woon~ah di sini!!“

“Pergi!!“ laki laki itu tidak menghiraukan teriakan anaknya. Lalu memukuli namja muda itu dengan balok kayu yang di pegangnya.

Namja muda itu bertahan. Walau wajah dan badannya sudah berdarah akibat pukulan menyakitkan yang di berikan laki laki paruh baya itu. Dia tidak menjerit atau menangis sama sekali. Dia mengatupkan bibirnya dengan rapat. Laki laki itu makin kalap memukulinya. Dan satu pukulan menuju kepalanya.

Kepala namja itu bercucuran darah. Mengalir memenuhi wajahnya. Yeoja itu langsung berlari memeluk namja yang tersungkur jatuh itu.

“Appa,“ kata yeoja itu dengan suara dingin sambil menatap ayahnya dengan pandangan benci, “pukul saja aku untuk menggantikan nya menanggung rasa benci Appa terhadapnya“.

“Ital..,“ gumam lirih namja itu, yang kini ada di pelukan yeoja itu, “aku akan melindungimu sampai akhir hayat mu. Tak peduli walau aku telah menjadi hantu sekalipun. Hanya itulah yang bisa ku lakukan untuk menebus kesalahan ku pada mu“.

“Andwae!“ isak sang yeoja, “kau tak pernah bersalah padaku“.

“Aku bersalah,“ ulang namja itu, “aku bersalah karena tak bisa menolong ahjumma. Aku bersalah pada ahjussi. Aku bersalah pada mu..“ dia tersenyum pelan, dengan wajah yang berlumur darah, “..karena aku tak bisa pergi dari mu begitu saja..“

~Flashback end~

***JONG WOON POV***

Rasanya kepalaku pusing melihat seluruh kejadian masa lalu berputar di hadapan ku. Aku memegangi kepalaku.

“Erghh,“ raung ku. Aku benar benar tidak tahan dengan siksaan macam ini.

Lalu aku merasa ada yang berlari ke arah ku dan dengan cepat menangkap tubuh ku. “Jong Woon..“, panggilnya pelan. Aku menoleh ke arah suara.

Crystal. Tubuhku seolah membeku. Tanpa sadar aku berdiri tegap dan melepas pegangannya.

“Ah, Crystal~ssi,“ ucapku tanpa sadar. Sedetik kemudian aku menyadari apa yang ku lakukan. Tapi sudah terlanjur. Dengan sorot matanya yang terluka, aku tau aku lagi lagi menyakitinya.

“Ahh... Mianhae, Jong Woon~ssi. Aku hanya ... “

Aku terperangah takjub mendengar kata kata yang meluncur cepat dari bibirnya. Aku harus pergi dari sini sebelum airmataku mengalir keluar dan di lihat olehnya.

“Gwaechana, Crystal~ssi,“ aku kembali memanggil nya begitu. Di ujung hati ku, terasa ada luka ketika mendengar suara ku menyebut nama nya seperti itu, “Aku pergi dulu,“ lanjut ku, dan aku segera berlalu dari hadapannya. Aku tak ingin airmata ini turun dan membasahi wajahku.

Kau tau? Jatuh cinta itu sulit. Terutama karena dia adalah orang yang membenci kita...

***Author***

Jong Woon berjalan dengan santai sambil membawa tas di tangan nya. Telinga nya memakai headset, sehingga apapun tidak terdengar olehnya, hanya lagu dalam volume cukup besar yang mengitari telinganya.
Tiba tiba satu tangan menariknya dengan kuat dan cepat. Sebelum Jong Woon tersadar, dia sudah berada dalam pelukan pemilik tangan itu.

“Gwaechanayo, Woon~ah?“

Tatapan Jong Woon tepat mengarah ke sepasang mata sang pemilik tangan. Sepasang mata itu menatap nya dengan pandangan cemas.

“Crys.. tal?“ Jong Woon tergagap menyebut nama penolong nya itu.

“Gwaechanayo?? Ada yang terluka?“

“Ada.. apa?“

“Uh?“ Crystal tersadar dalam posisi nya sekarang. Dia masih memeluk Jong Woon dan menatapnya.

“Kau.. apa kau tidak tau tadi ada mobil yang hampir menabrak mu?“ tanya Crystal lagi. Jong Woon menggeleng.

“Ah,“ Crystal segera tanggap. Raut wajahnya seketika berubah, “Ne, arraseo. Mianhae telah membuat mu terkejut,“ ucapnya lagi sambil menunduk hormat. Lalu berjalan pergi. Jong Woon mengikutinya.

“Lalu kenapa kamu menyelamatkan ku?“ tanya Jong Woon tiba tiba. Crystal terkesiap, tapi dia tidak berhenti berjalan. Dia tidak memedulikan kata kata Jong Woon.

“Waeyo?? Waeyo??“ tanya Jong Woon lagi. Kali ini, dia berteriak.

“Jebal,“ Crystal akhirnya berbalik menghadap Jong Woon, “Bisakah kau tidak berteriak teriak seperti itu?“

“Bisa,“ angguk Jong Woon, “Asal kau menjawab pertanyaan ku tadi“.

“Haruskah?!“ ringis Crystal.

“Ne,“ ujar Jong Woon singkat.

“Kalau aku menjawab pertanyaan mu, apa keuntungan ku?“

“Uh?“ Jong Woon bingung. Crystal membalikkan badan nya, membelakangi Jong Woon. Lalu mulai berjalan lagi. Jong Woon mengikutinya lagi.

“Aku tidak mendapat keuntungan karena menjawab pertanyaanmu,“ ujar Crystal datar, “jadi sebaiknya kau lupakan saja kejadian tadi“.

“Mana mungkin?“ sanggah Jong Woon cepat, “Kau menyelamatkan ku dan aku berhutang nyawa pada mu“.

“Kalau begitu, berterima kasih saja. Dan utang mu lunas“.

“Tak bisa jika cuma begitu saja..“

“Kalau begitu anggap saja tak ada kejadian seperti tadi“. Setelah berkata seperti itu, Crystal langsung berlari secepat yang dia bisa. Dia harus lari jika tidak ingin Jong Woon melihatnya menangis.

Jong Woon tertegun memandang Crystal yang semakin menjauh. Dia ingin mengejar Crystal. Tapi kaki nya seperti tertahan. Otak dan hatinya saling bertentangan. Akhirnya dia mengejar Crystal.

“Chakkaman,“ Jong Woon berhasil mengejar Crystal. Dia menarik tangan Crystal, menahan langkah Crystal untuk berlari. Crystal menunduk. Satu tangannya lagi dia gunakan untuk menutupi wajahnya yang sudah memerah.

Jong Woon menatapi Crystal yang bertingkah aneh itu. Dia segera paham. Dan menarik Crystal pelan, menuju salah satu bangku halte di tepi jalan yang di telusuri mereka. Jong Woon mendudukkan Crystal di sana. Lalu dia berjongkok di depan Crystal. Dan menatapi nya dari bawah. Crystal menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Ital,“ Jong Woon memanggilnya pelan. Lalu Jong Woon menaruh kepalanya ke pangkuan Crystal, “Uljimma, jebalyo. Kamu tau aku paling tidak tahan melihat mu menangis. Uljimmayo, Ital,“ ucap Jong Woon lembut.

Crystal menangis lebih kencang mendengar dan melihat kelakuan Jong Woon kepadanya. Seolah Jong Woon yang dulu, hadir lagi di hadapannya sekarang.

“Aish,“ Jong Woon mengangkat kepalanya dari pangkuan Crystal, lalu menghapus airmata Crystal, “Apa begini cara mu menyambut kepulangan ku?“ tanya Jong Woon lembut.

“Kau!!“ seru Crystal, “kenapa berbaik baik lagi pada ku??!“ tanya Crystal. Napas nya memburu. Dia menahan seluruh tangisan dan kemarahannya selama 5 tahun terakhir ini.

“Aku tak tau, itu semua di luar kendali ku,“ ucap Jong Woon jujur, “sekarang pun aku masih tak percaya dengan semua yang ku lakukan hari ini“.

“Lalu...,“ airmata Crystal bergulir lagi, “biarkan aku pergi sekarang“.

“Andwae. Aku tak bisa membiarkan mu pergi. Aku tak tau kapan bisa bertemu lagi dengan mu,“ Jong Woon menahan Crystal.

“Biarkan aku pergi,“ ucap Crystal dingin, “Sekarang pun kau sudah tidak bisa bertemu dengan ku lagi“.

“Aniyo!“ keras Jong Woon, “Aku baru bersama mu selama beberapa menit. Aku tak akan membiarkan mu pergi“.

“Tapi saat 5 tahun lalu, aku bisa membiarkan mu pergi meninggalkan ku sendiri,“ Crystal menatap Jong Woon tajam.

Jong Woon terdiam. “Efek dari perbuatan ku 5 tahun lalu...,“ Jong Woon tersenyum sedih, “ternyata seburuk ini ya? Apa aku harus menunggu 5 tahun lagi agar kau memaafkan ku? Karena, jujur saja, walau aku sangat ingin membangkit kan Ahjumma, tapi aku tak bisa. Lalu apa kau mau aku mengganti nyawa Ahjumma dengan nyawa ku? Akan ku lakukan jika itu bisa membuat mu memaafkan ku“.

“Lalu apa yang bisa di gunakan nyawa mu untuk ku?“ tanya Crystal lagi dengan sinis.

Jong Woon terdiam. Dia tau sifat Crystal lebih dari siapapun. Tapi hari ini, dia sama sekali tak mengenali Crystal yang ada di hadapannya.

“Kenapa kamu... sangat sinis padaku, Ital?“

“Kenapa?!“ tatap Crystal tak percaya, “kamu bertanya kenapa pada ku??! Harus nya kamu lebih tau dari siapapun, kenapa aku sangat sinis padamu!!“

“Mollayo,“ jawab Jong Woon, “Aku benar benar tidak tau tentang itu“.

“Lalu kau ingin tau??!“ tanya Crystal dengan wajah sinis.

“Ne. Aku ingin tau“.

“Dengar baik baik!“ seru Crystal marah, “Alasan ku adalah, karena aku tidak ingin mengenalmu! Aku tidak ingin melihat mu! Dan aku tidak ingin mencintaimu!!“

“Bagus, Crystal~ssi,“ senyum Jong Woon setelah beberapa saat terdiam, “alasan yang bagus. Jangan mencintaiku. Aku adalah pembunuh bagi mu. Tapi masalah nya adalah, aku yang tidak bisa tidak mencintai mu“.

Crystal terdiam mendengar kata kata Jong Woon. Pikiran nya mencoba mencerna satu demi satu, kata kata yang tadi di ucapkan Jong Woon.

“Mwo?“ tanya Crystal, “apa maksudmu?“

“Saranghaeyo, Ital,“ senyum Jong Woon, “Aku sangat gila saat jauh dari mu selama 5 tahun terakhir ini..“

***CRYSTAL POV***

“Saranghaeyo, Ital. Aku sangat gila saat jauh darimu selama 5 tahun terakhir ini,“ ucap Jong Woon, tepat di hadapanku.

Aku terperangah. Sesaat, rasanya nyawa ku menghilang, dan otak ku berhenti bekerja.

“Mwoya??!“ teriakku. Dia tidak pernah mengatakan itu sejak kami di jodohkan. Bahkan sejak kami kenal satu sama lain, dulu. Rasanya aku tak melihat Jong Woon yang dulu sangat ku cintai.

“Waeyo?“ tanya Jong Woon polos.

“Apa maksud ucapanmu?!“ tanyaku sengit. Aku tak bisa lagi mempercayai setiap perkataannya. Terakhir kali kami bertemu, dia bilang akan melindungiku. Tapi esok hari nya dia menghilang.

“Kamu pasti tidak percaya pada ku,“ ujar Jong Woon lagi, tersenyum sedih menatapku, “lalu apa aku boleh bercerita sedikit tentang 5 tahun lalu?“

“5 tahun lalu, itu sudah berlalu,“ ucapku dingin, “untuk apa lagi di bicarakan?“

“Aku masuk rumah sakit hari itu,“ Jong Woon mulai bercerita tanpa memedulikan penolakan ku, “dan kau yang membawa ku ke sana“.

Aku mendengus. Jong Woon tersenyum sesaat ke arah ku, lalu dia melanjutkan, “dan kamu menunggui ku hingga keluarga ku datang..,“

“Ani,“ sela ku, “aku menunggui mu sampai esok hari nya“.

“Jinjjayo?!“ tanya Jong Woon dengan wajah terkejut. Aku mengernyit.

“Wae?“

“Eomma dan Appa bilang kalau kau hanya menunggui ku sampai mereka datang. Dan kamu pergi setelah bilang pada mereka untuk membatalkan pertunangan kita,“ jelas Jong Woon, “Aku hanya bisa percaya pada Eomma dan Appa karena aku baru sadar 2 minggu kemudian“.

Aku terkejut mendengar cerita Jong Woon, “Kau tidak mengada ada cerita palsu kan?“

“Apa aku pernah berbohong pada mu?“ tanya Jong Woon balik.

Aku menggeleng pelan. Dan mulai mendengarkan penjelasannya.

“Aku, tersadar di negara asing, di Amerika, tepatnya. Mereka bilang, hubungan kita sudah berakhir. Perjodohan kita sudah di batalkan oleh kedua sisi. Padahal, Eomma dan Appa ku sudah ke rumah kalian untuk membicarakan ini baik baik..“

“Ani,“ aku menggeleng lagi, “terakhir kali aku bertemu dengan orangtua mu ketika di rumah sakit. Aku bercerita bahwa luka luka yang kau dapat karena ulah Appa ku. Mereka mengijinkan ku menginap di samping mu semalaman. Lalu esok nya aku pulang karena mereka bilang Appa ku akan khawatir jika aku tidak pulang semalaman,“ cerita ku pelan. Mata Jong Woon membulat.

“Lalu.. apa kau ke rumah sakit lagi setelahnya?“

“Ani,“ lagi lagi aku menggeleng, “aku di larang keluar oleh Appa selama 3 bulan. Aku hanya bisa keluar jika ke sekolah, itupun dengan pengawalan Appa“.


Jong Woon menghela napas, “Jadi, kamu tidak tau kapan aku meninggalkan Seoul?“

“Ani,“ aku menggeleng, “aku berhasil ke rumah sakit lagi seminggu kemudian, dengan sembunyi sembunyi tentu saja, tapi tak menemukan mu di sana. Aku sampai menangis mencari mu,“ cengir ku, menahan rasa sedih yang tiba tiba menyeruak, “aku mencari per lantai, per kamar, dan tidak menemukan mu. Aku sampai mencari ke kamar jenazah loh,“ aku mencoba tertawa, “aku mencari mu secepat yang aku bisa, tapi tetap saja Appa tau dimana aku lalu menyeret ku pulang...“ aku terdiam. Jong Woon tiba tiba memelukku dengan erat.

“Jika kamu ingin menangis,“ bisik Jong Woon, “kau bisa menyembunyikan tangis mu di pelukan ku“.

“Untuk apa menangis?“ tanya ku sambil tertawa, tapi airmata ku mulai mengalir. Hanya saja, Jong Woon tak melihatnya.

“Kalau begitu, aku akan memelukmu sampai kamu percaya pada ku“.

“Andwaeyo, ini di tempat umum. Aku malu,“ aku sedikit meronta, melepaskan pelukannya.

Jong Woon menguatkan pelukannya, “apa kamu sudah percaya pada ku?“

“Ne, aku percaya“.

“Walaupun Appa mu berkata bahwa aku pembunuh ibu mu?“

“Soal itu,“ aku terdiam sejenak, “aku juga melihat kejadian saat itu. Itu bukan kesalahan mu“.

“Tapi itulah alasanku di sini, Ital,“ ujar Jong Woon, dan melepaskan pelukannya, “Aku di sini untuk membayar hutang hutang ku kepada kalian“.

“Maksud mu?“

“Aku di sini,“ ulang Jong Woon, “hanya untuk membayar hutang ku. Terutama karena ibu mu meminta ku menjaga mu“.

Hati ku terasa tertumbuk mendengar kata kata nya tadi. Firasat ku tiba tiba mengatakan ini bukan hal yang baik. Dan aku tak mau mendengarnya. Aku bergegas pergi.

“Kamu..,“ Jong Woon menangkap tangan ku, “mau kemana?“

“Kemana saja,“ jawabku, mulai ketus, “asal aku tak mendengar lanjutan kata kata mu“.

“Tapi kau harus mendengarnya..“

“Andwae!! Shireo!! Jangan paksa aku!!“ aku menyentak tangan Jong Woon yang memegangi ku, lalu berlari.

Dan Jong Woon mengejar ku. Ahh. Dia sangat baik dalam olahraga. Aku harus bersembunyi. Tanpa pikir panjang, aku masuk kedalam satu toko. Lalu bersembunyi di sana. Dan Jong Woon kehilangan ku.

Aku mengatur nafas ku, mencoba menahan tangisan ku. Lalu keluar dari toko itu. Dan pulang ke rumah. Di kamar ku, aku baru bisa menangis sepuasnya. Tanpa suara, tentu saja. Jika Appa dan Eomma tau aku menangis, mereka akan sedih untukku.

***JONG WOON POV***

‘Aku harus mengakhiri ini semua, atau semakin banyak luka yang akan ku torehkan padanya..‘

Aku kehilangan jejaknya. Dia bukan pelari yang baik, jadi dia pasti bersembunyi di satu tempat. Tapi aku merasa belum sanggup mengatakannya, jadi aku tak lagi mencari nya, meskipun aku tau, jika aku mencarinya, aku akan menemukannya dalam sekejap.

***Author***

~Flashback, 3 years ago~

“Aku akan kembali ke Seoul,“ ucap Jong Woon di hadapan kedua orangtuanya. Orangtuanya terkejut.

“Untuk apa?“ tanya ayahnya langsung.

“Untuk melunasi hutang ku pada Crystal, Appa,“ ujar Jong Woon tenang.

“Kamu itu sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengannya sekarang, Woon~ah,“ seru ibunya tertahan.

“Ne, tapi aku masih memiliki hutang pada mereka, Eomma. Walau mereka menolak ku pun, aku akan melunasi hutang ku pada mereka“.

“Appa tidak mengijinkan mu pergi. Kau sudah di buang oleh Crystal, jangan berharap lagi padanya!“

“Aku tau, Appa. Tapi ada kewajiban yang harus ku lunasi. Hanya 1. Dan aku akan pergi dari mereka selamanya“.

“Kau bicara seperti apapun,“ ujar ayahnya lagi, “Appa tak akan pernah mengijinkan mu!“

“Appa, tak perlu repot untukku. Aku sudah mempersiapkan semua keperluan ku. Jika aku selesai dengan urusanku, aku akan kembali ke hadapan kalian“. Dan Jong Woon pergi.

Tapi ternyata ayahnya tidak diam saja melihat kepergian anaknya. Ayahnya segera memerintahkan beberapa orang untuk mengejar anaknya.

Kejar kejaran pun terjadi di sepanjang jalan menuju airport. Tapi akhirnya, Jong Woon berhasil melarikan diri setelah sampai di airport. Karena pesawat yang akan membawanya ke Seoul, lepas landas beberapa menit setelah dia masuk ke dalam pesawat.

‘Seoul.. tempat takdir bermula dan berakhir..‘

***CRYSTAL POV***

Aku tercengang. Mobil Audi putih susu berhenti tepat di hadapanku. Tepat ketika aku keluar dari rumah.

“Ayo masuk,“ ujar pengemudi nya, membukakan pintu untukku dari dalam. Dengan canggung, aku masuk ke dalam mobil itu.

“Ital,“ ujar Jong Woon, tepat di samping ku, setelah aku duduk di mobilnya, “bisakah kita melanjutkan pembicaraan kita kemarin?“

“Tentang kamu yang ingin membayar hutang mu itu?!“ ketus ku. Sepanjang hari aku menangis dan merindukannya, dan hari ini dia kembali membuatku berencana akan mengulang aktifitas itu lagi nanti.

“Ne,“ jawabnya, “Aku tau ini akan sulit. Aku juga tak bisa mengatakan nya pada mu..“

“Kalau begitu jangan katakan!“ sela ku cepat.

“Tapi aku harus mengatakannya. Kamu tidak boleh lagi menangis karena ku“.

“Aku tidak menangis karena mu!“ bantahku cepat. Padahal itulah kenyataan nya.

“Anggap lah begitu,“ ujar Jong Woon, “walau mata mu yang bengkak itu tak bisa menyembunyikan kebenaran yang terjadi“.

“Tidak sama sekali,“ sangkal ku lagi.

“Ne, arraseo. Tapi kau harus tau, kenapa aku harus mengatakannya pada mu,“ kata Jong Woon dengan serius, sambil menyetir tentu saja, “karena aku tak mau menyakitimu lagi“.
 
“Jangan berbelit belit!“ sentak ku, “katakan dengan jelas!“

“Aku sedang menuju pantai. Kamu suka pantai, kan?“ tanya Jong Woon tersenyum, sama sekali tidak berusaha menjelaskan, “kita bisa bicara di sana“.

~Pantai

“Katakan, Woon~ah,“ mulai ku, “apa yang mau kau katakan untuk menyakitiku?“

Jong Woon tersenyum samar. Angin laut mempermainkan rambut kami. Aku terdiam menunggu kata kata Jong Woon selanjutnya.

“Kau tau?“ kata Jong Woon tiba tiba, “3 tahun yang lalu aku pergi dari rumahku di Amerika. Mereka mengejar ku sampai sekarang. Hanya untuk memaksa ku pulang dan tak bertemu dengan mu,“ Jong Woon menghela napas.

Aku memperhatikan Jong Woon, bias wajah nya terlihat sendu. Pandangan matanya menerawang, menatap lautan luas di hadapannya.

“Lalu kenapa sekarang kau di sini?“ tanya ku.

Dia menatap ku sejenak, lalu tersenyum. “Untuk mengucapkan selamat tinggal, pada mu. Takdir kita sudah berbeda, bukan?“ Jong Woon menghela napas, “Atau mungkin dari awal kita memang tak pernah di takdirkan bersama“.

“Hei, apa kau tau, kata kata mu itu menyakiti ku?“ tanya ku datar.

“Ne, aku tau itu. Aku juga menyakiti diri ku sendiri. Tapi.. lebih baik jujur, bukan?“

“Ku rasa kau lebih baik berkata akan kembali, biar aku menunggu mu sampai aku tak mampu menunggu mu lagi“.

“Itu lebih parah lagi,“ Jong Woon tertawa kecil, “aku tak ingin memberikan harapan palsu pada mu. Lebih baik menyerah sebelum semakin sakit, kan?“

“Baiklah, aku menyerah,“ ujarku pelan, “ku anggap aku tak pernah mengenalmu. Aku pergi“.

Dan aku berjalan meninggalkan Jong Woon. Dia tak mengejar ku. Tak juga mencegah ku. Baiklah, ku anggap memang kita tak saling mengenal. Mungkin, ini saat nya aku benar benar harus mengakhirinya semua nya.

Untuk terakhir kalinya, aku menengok ke belakang. Aku terdiam di tengah jalan, menoleh ke arah Jong Woon berada. Dia sama sekali tak menoleh ke arahku. Lalu tiba tiba, aku mendengar jeritan, yang baru ku sadari, itu adalah suaraku...

***JONG WOON POV***

Crystal pergi. Setelah aku menyakitinya. Dia pergi tanpa menoleh lagi ke arah ku. Aku menghela napas. Memalingkan wajahku dari bayangannya yang semakin menjauh. Sekuat tenaga aku menahan kaki ku untuk mengejarnya, atau mencegah nya, atau apapun itu. Ini sudah berakhir sekarang. Airmata ku mengalir perlahan.

Lalu tiba tiba aku mendengar teriakan. Secepat kilat aku menoleh ke arah suara. Dan terpaku.

Aku melihat mobil yang berhenti tiba tiba. Lalu pergi dengan kecepatan penuh. Aku berlari ke tempat dimana tadi Crystal berjalan meninggalkan ku. Di otak ku mulai terlintas berbagai pikiran buruk tentangnya.

Dan pikiran itu menjadi kenyataan. Dengan mata ku, aku melihat sendiri dia terkapar di jalanan. Tubuhnya bersimbah darah. Rasanya, aku bagai melihat kejadian 5 tahun yang lalu, terulang lagi di hadapanku. Aku berlari menghampirinya. Kali ini, aku tak lagi menahan airmata ku. Aku menangis sambil memeluknya.

“Hai orang asing,“ satu suara yang lirih, namun masih terdengar jelas olehku, “kenapa menangis?“

“Crystaall!!“ jeritku, “Bertahanlah. Jebal!“

“Siapa kamu?“ dia masih bersuara. Tidak ku pedulikan pertanyaan nya itu. Aku segera menggendongnya. Membawanya ke mobil. Dan mendudukkan nya di samping ku.

“Nanti mobilnya berlumur darah,“ katanya pelan, setelah aku duduk di sebelahnya. Aku tak peduli. Aku segera memacu mobilku dengan kecepatan maksimal.

“Hentikan. Kau mau membawa ku kemana, orang asing?“

Aku nyeri mendengar kata kata itu terlontar lagi dari bibirnya. Bahkan dia masih bisa menyunggingkan senyum.

“Diamlah,“ isakku, “kau harus bertahan demi ku“.

“Siapa kamu? Untuk apa aku bertahan untukmu?“

“Kalau begitu, bertahan lah untuk Appa mu,“ kata ku lagi.

“Tak perlu,“ ujar nya lagi, “Berhenti atau aku akan melompat keluar dari mobil mu“.

Aku terpaksa menepi. Aku tau watak Crystal. Dia selalu melakukan apapun yang di katakannya.

“Jong Woon~ah,“ panggil Crystal pelan, “apa aku masih tak boleh mencintaimu?“

“Ital,“ isak ku pelan, “tak bisakah bila tak membahas itu sekarang? Aku hanya memikirkan mu sekarang“.

“Kenapa aku tak bisa bicara cinta dengan mu? Apa cinta adalah kata yang terlarang bagi mu?“ isak Crystal, “Lalu bagaimana dengan ku? Apa kau tak pernah memikirkan perasaan ku? Meski kita di jodohkan, tapi aku terlanjur jatuh cinta pada mu“.

“Crystal Xu,“ sentak ku, airmata ku semakin deras bergulir. Entah kenapa saat ini aku tak malu menangis di hadapannya, “Turuti aku, jebal. Kita ke rumah sakit dulu. Aku harus menyelamatkan mu“.

“Tidak perlu,“ Crystal memejamkan mata, “Lagipula aku ingin bertemu dengan kedua orangtua ku sekali lagi,“ aku terperangah mendengar kata kata nya.

“Apa maksudmu?“ tanya ku, dengan suara parau.

“3 tahun yang lalu,“ ucap Crystal, “Orangtua mu datang ke rumah ku. Mereka bertemu Appa ku. Aku tau karena aku ada di luar rumah ku sendiri,“ dia tersenyum, “padahal itu rumah ku, tapi aku harus seperti pencuri untuk masuk ke dalamnya,“ dia terdiam sebentar, “Appa bersikeras bahwa aku tidak ada di rumah. Appa juga berkata bahwa tak menyembunyikan mu di dalam rumah kami. Tentu saja,“ dia menyeringai lemah, membuatku nyeri, “5 tahun yang lalu kamu hampir mati karena Appa. Mana mungkin Appa menyembunyikan pembunuh istrinya di rumahnya dan melindunginya?“

“Orangtua ku datang... untuk apa?“ tanya ku pelan.

“Mereka bilang kau pasti ada di rumah kami. Dan menggeledah rumah kami. Aku tak berani masuk. Tapi saat itu aku tau, kau sudah kembali ke Seoul,“ Crystal bersandar pada kursi penumpang.

“Lalu, aku mendengar derap senapan. Berbunyi agak pelan, makanya aku tak berburuk sangka dengan apa yang terjadi di dalam rumah ku saat itu. Saat orangtua mu keluar dari rumahku, dan pergi jauh, aku baru berani masuk“.

“Lalu?“ tanya ku, karena Crystal terdiam cukup lama.

“Appa ku terkapar di ruang tamu,“ ujar Crystal pelan.

Aku terkejut. “Jinjjayo?!“

“Appa terkena tembakan di perutnya,“ ujar Crystal datar dan pelan, “dan nyawa nya tidak selamat. Aku terlambat menyelamatkannya. Itulah penyesalanku yang terbesar“.

“Aku...,“ sekarang aku merasa semakin bersalah pada Crystal, “Mianhae.., atas perlakuan orangtuaku pada Appa mu dan kamu“.

“Ani,“ Crystal tersenyum lembut, “aku sudah memaafkan mereka. Seburuk apapun yang mereka lakukan, aku masih tak bisa membenci mu. Itu sebabnya aku memilih memaafkan mereka, mesti harus ku akui, jika mereka ada di hadapanku pun, aku bisa langsung menembak mereka“.

“Ne, kamu pantas melakukannya,“ ujar ku. Aku tak tau lagi apa yang harus ku katakan.

“Kamu merelakan orangtua mu untuk ku tembak?“ dia membuka mata, menoleh dan menatapku dengan pandangan takjub. Aku tersenyum miris.

“Ya, aku merelakannya. Tapi sebagai gantinya, mungkin aku akan jadi sangat membenci mu“.

“Itu pasti,“ Crystal tertawa, pertama kali nya ku dengar seharian ini, “Kamu pantas melakukannya“.

“2 kali aku melihat orang orang yang paling ku sayang, yang sangat berarti dalam hidupku, pergi meninggalkan ku selamanya,“ Crystal berkata dengan pelan. Nada suara nya begitu datar. Tapi aku tau, dia sangat tersiksa karena itu.

“Tapi untunglah, tidak ke 3 kalinya,“ tambahnya kemudian. Suaranya melembut.

“Maksudmu?“

“Untung aku tak melihat mu tertabrak, tadi. Dan untungnya, aku yang mengalaminya,“ dia tertawa simpul, membuat ku miris mendengarnya, “Aku jadi tau rasa sakit yang di alami kedua orangtua ku menjelang kepergian mereka. Itu cukup adil. Aku memang harus merasakannya,“ dia tertawa lagi. Hati ku semakin nyeri mendengar tawa nya yang sangat ceria.

“Cukup. Aku tak ingin mendengar pernyataan bodoh seperti itu,“ kata ku gusar. Ucapannya semakin kacau terdengar.

“Yaa, Kim Jong Woon,“ dia meraih tangan ku, lalu bersandar pada ku, “bisakah ku pegang tangan ini sampai aku tertidur nanti?“

“Kau boleh memegang tanganku, tapi jangan tertidur. Setuju?“ tanya ku. Lalu aku merasakan kepalanya mengangguk di dada ku.

Dengan cepat aku kembali menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, aku mencoba untuk membuatnya tidak tertidur. Aku terus memanggilnya. Lalu menceritakan lelucon, atau masa lalu kami. Sesekali dia terdengar tertawa, atau menyahuti kata kata ku. Tapi genggaman tangan nya pada ku semakin melemah.

“Ital,“ aku memanggilnya untuk kesekian kali.

“Ne, Woon~ah.. kenapa kamu berisik sekali?“ gerutunya.

Aku tertawa pelan. Walau airmata ku sudah mengalir, entah keberapa kalinya dalam hari ini. Hari ini benar benar menguras tenaga ku. Dan juga membuatku merasa memiliki lagi hati seorang manusia.

“Kamu tau? Dari kecil aku sudah menyayangimu,“ entah kenapa, mendadak otak ku di penuhi kalimat kalimat yang terlontar begitu saja oleh mulut ku.

“Ne,“ ucap Crystal pelan, “Dari kecil, kamu selalu memegang tangan ku seperti ini,“ dia mengangkat genggaman tangan kami, “Dan jika aku menangis, kau selalu bilang, ‘Ulljimma, Ital‘ sambil menghapus airmataku. Aku tak pernah melupakan hal itu,“ gelaknya pelan.

“Ne,“ aku ikut tertawa mendengar gelaknya, “begitupun dengan ku“.

Dan kemudian, di depan ku, terlihat antrian panjang penuh mobil. Aku melotot. Kami terkena traffic jam!!

“Arghh!!“ teriak ku frustasi, “Ital, ayo ku bopong. Kita harus sampai ke rumah sakit secepatnya!!“ ujarku panik.

“Andwaeyo,“ Crystal menahan tangan ku, “Begini saja. Aku ingin begini di saat ini. Belum tentu aku akan merasakannya lagi nanti“. Dan dia tetap bersandar padaku.

Aku menyerah. Airmataku bergulir lagi. Aku tak bisa menyelamatkan gadis yang sangat berarti dalam hidupku.

“Aku tidak berguna, kan?“ tanya ku padanya sambil tertawa pahit.

“Waeyo?“

“Aku bahkan tak bisa melindungi mu sampai akhir“.

“Ini sudah akhir. Ulljimma, Woon~ah,“ tangan nya bergerak perlahan menghapus airmata ku.

“Tapi aku tak pernah memulainya,“ seru ku tertahan. Ya, aku bahkan tak pernah melindunginya dari awal.

“Tak apa,“ Crystal benar benar membuatku merasa seperti namja bodoh dan tak berguna. Benar benar pecundang sejati.

“Tak bisakah kau memberiku kesempatan untuk melindungi mu?“

“Aku kuat, tak perlu di lindungi. Mana ada orang yang masih bisa bertahan selama ini setelah di tabrak?“ dia terkikik geli dengan kata katanya sendiri.

Aku tak tahan. Kami berada dalam traffic jam yang begitu padat. Aku juga tak bisa memaksa nya untuk turun dari mobil. Aku memeluknya erat. Merasakan kehangatan tubuhnya yang sudah mulai berkurang. Detak jantung nya yang semakin melemah. Dan hela napas nya yang semakin perlahan. Aku memejamkan mata sekuat kuat nya. Hati ku bagai terhantam palu godam. Hancur. Terutama karena yeoja yang harus nya jadi takdir ku, menyerah dengan kehidupannya sendiri. Dan aku tak bisa berbuat apa apa.

“Mianhae, Ital,“ bisik ku. Aku tau dia masih mendengar ku.

“Untuk apa?“

“Karena sampai akhir, aku tak bisa memiliki mu“.

“Ne. Kau harus minta maaf untuk itu. Tapi bolehkah ku minta satu hal lagi?“

“Katakan apapun yang kau mau“.

“Nyanyikan aku satu lagu. Yang pernah kau nyanyikan di hadapan ku, 6 tahun yang lalu. Saat kita berlatih drama bersama“.

“Ne, Arraseo,“ dan aku mulai bernyanyi. Lagu yang mengalun dengan irama yang menyayat, karena aku bernyanyi di iringi oleh airmata yang terus mengalir.

Genggaman tangan Crystal mulai melemah. Kepalanya terkulai dalam pelukanku. Aku memeluknya lebih erat. Isakan ku seiring dengan lagu yang masih terus ku nyanyikan. Inikah akhir yang kau inginkan, Crystal Xu? Membunuh ku lewat hati yang terluka seperti ini?

***
~Epilog

***Author***

~Flashback, in 6 years ago~

“Ahhh, ini susah sekali,“ ujar Crystal kesal sambil melempar kertas yang di pegangnya.

“Apanya?“ tanya Jong Woon. Dia berjalan mendekati Crystal.

“Dialog ini. Kenapa harus sesedih ini dialog nya?“

“Ini kan bercerita tentang perpisahan sepasang kekasih, Ital. Tentu saja harus sedih,“ jelas Jong Woon sambil menatap Crystal dengan geli.

“Ah, sudahlah. Lupakan saja. Aku tak bisa mengingatnya,“ gerutu Crystal lagi.

“Kau pasti akan mengingat nya, saat mendengar lagu yang ku ciptakan ini,“ senyum Jong Woon. Mata Crystal berbinar.

“Kau sudah selesai menulis lirik untuk lagu akhir drama ini?“

“Ne,“ angguk Jong Woon, “Mau dengar?“

“Tentu saja. Ayo mainkan,“ seru Crystal bersemangat.

“Tapi jangan menangis setelah mendengarnya, ya,“ Jong Woon mengingatkan. Crystal mencibir lucu.

“Sudah, mainkan saja. Lihat saja nanti, aku menangis atau tidak“.

“Baiklah,“ Dan kemudian Jong Woon mendentingkan gitar yang sedari tadi sudah dalam pelukannya dengan perlahan.

“#Don‘t love someone like me again~~
Don‘t make someone to miss again~~
One who looks at only you, and needs only you~~
Meet someone who loves you so much~~
They can‘t go a day without you~~
Please~~..
.#“

~Flashback End~


*****